Cerita Perjalanan Saya: Keberangkatan Umroh Lombok yang Penuh Makna

Cerita Perjalanan Saya: Keberangkatan Umroh Lombok yang Penuh Makna

Saya percaya setiap orang punya waktunya sendiri untuk dipanggil ke Tanah Suci. Bagi saya, panggilan itu datang saat saya sedang duduk di teras rumah di Mataram, ditemani secangkir kopi sore dan suara adzan dari masjid kampung. Entah kenapa, tiba-tiba saja hati terasa sesak oleh rindu. Tapi bukan rindu pada seseorang, melainkan pada tempat yang belum pernah saya datangi: Mekkah dan Madinah.

Saat itu saya tahu, sudah waktunya. Saya ingin berangkat umroh.
Dan karena saya berdomisili di NTB, otomatis saya mulai mencari info mengenai keberangkatan umroh Lombok yang bisa dipercaya dan membuat saya merasa aman, tenang, dan dibimbing dengan tulus.

Awal Bertemu Fitour International

Nama Fitour International sebenarnya sudah tidak asing di lingkungan pengajian ibu-ibu sekitar rumah. Beberapa tetangga saya bahkan sudah dua kali berangkat bersama mereka. Tapi baru setelah saya ikut salah satu manasik terbuka yang mereka adakan di Mataram, saya benar-benar yakin—ini travel yang saya cari.

Bukan hanya karena mereka punya izin resmi dan pengalaman panjang dalam menyelenggarakan perjalanan ibadah. Tapi karena sejak pertama kali saya masuk ke ruangan, saya disambut bukan sebagai calon pelanggan, melainkan sebagai saudara yang sedang bersiap menuju Baitullah.

Mereka mendengarkan pertanyaan saya dengan sabar. Menjelaskan proses persiapan dokumen, vaksin, koper, perlengkapan ibadah, sampai hal-hal kecil yang kadang kita lupa. Semua terasa personal. Tidak terburu-buru. Tidak kaku.

Saat Persiapan Jadi Momen Mendekatkan Diri

Salah satu hal yang paling saya sukai dari Fitour adalah sesi manasiknya. Tidak hanya berisi teori tata cara umroh, tapi juga dibumbui kisah-kisah inspiratif dari jamaah sebelumnya. Suasananya hangat. Kadang serius, kadang penuh tawa. Tapi selalu ada hikmah yang bisa dibawa pulang.

Manasik ini juga jadi tempat saya mulai mengenal jamaah lain. Ada ibu rumah tangga dari Selong yang baru pertama kali naik pesawat. Ada bapak pensiunan guru dari Sumbawa yang datang bersama istrinya. Dan ada pasangan muda dari Praya yang menjadikan umroh ini sebagai bulan madu mereka.

Saya merasa tidak sendiri. Kami semua sedang mempersiapkan hati yang sama-sama penuh harap.

Hari Keberangkatan yang Tak Terlupakan

Akhirnya, hari itu tiba. Kami berkumpul di Bandara ZAM (Zainuddin Abdul Madjid), berangkat dari Lombok langsung menuju tanah penuh berkah.

Saat saya berdiri di ruang tunggu bandara, mengenakan baju ihram putih bersih, saya menahan air mata. Rasanya campur aduk—antara bahagia, gugup, dan tak percaya akhirnya saya akan memulai perjalanan spiritual ini.

Tim dari Fitour membantu kami sejak awal. Mulai dari bagasi, boarding, hingga saat kami transit dan lanjut ke Madinah. Mereka selalu sigap, tapi tetap ramah dan menenangkan. Tidak ada teriakan. Tidak ada tekanan. Semua berjalan lancar karena didampingi oleh orang-orang yang mengerti betul bagaimana mengurus jamaah dengan kasih sayang.

Keberangkatan umroh Lombok bersama Fitour terasa seperti perjalanan bersama keluarga besar. Setiap kebutuhan diperhatikan. Setiap momen diabadikan. Setiap langkah dibimbing dengan doa.

Mekkah dan Madinah: Lebih Dari Sekadar Tempat

Begitu tiba di Madinah, suasana hati saya langsung berubah. Segalanya terasa damai. Kami berziarah ke makam Rasulullah SAW. Kami shalat di Masjid Nabawi. Kami membaca Al-Qur’an di raudhah dengan linangan air mata.

Bersama pembimbing dari Fitour, kami juga diajak mengenal lebih dalam sejarah perjuangan Rasulullah. Tidak hanya diajak keliling, tapi benar-benar diberi pemahaman.

Kemudian kami lanjut ke Mekkah. Thawaf pertama saya… sungguh tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Saya hanya bisa menangis. Terdiam. Menatap Ka’bah yang selama ini hanya saya lihat di layar TV dan mimpi-mimpi.

Pembimbing dari Fitour menuntun kami dengan sabar. Ada yang fisiknya kuat, ada yang perlu bantuan kursi roda. Tapi semuanya dilayani tanpa membedakan. Mereka sangat menghargai kondisi tiap jamaah.

Saat Pulang, Hati Tidak Lagi Sama

Setelah dua minggu di Tanah Suci, kami kembali ke Lombok. Tapi saya tahu, saya pulang bukan sebagai orang yang sama. Saya merasa lebih tenang. Lebih ikhlas. Dan lebih bersyukur.

Banyak jamaah lain yang juga bilang hal serupa. Bahkan kami semua sepakat membuat grup WhatsApp alumni. Sampai sekarang kami masih saling menyapa, saling berbagi kajian, bahkan berencana untuk umroh bareng lagi tahun depan.

Saya pun mulai menyarankan keluarga dan kerabat agar kalau ingin berangkat dari NTB, carilah penyelenggara ibadah yang tidak hanya rapi administrasinya, tapi juga peduli dengan hati jamaah. Dan saya tidak ragu menyebut satu nama: Fitour International.

Bukan Cuma Travel, Tapi Teman Ibadah

Bagi saya, keberangkatan umroh bukan hanya soal naik pesawat, tinggal di hotel bintang, atau makan makanan Indonesia di Tanah Suci. Tapi tentang perjalanan hati. Dan untuk menjalani perjalanan itu, saya bersyukur ditemani oleh pihak yang tahu betul bagaimana menyentuh hati jamaahnya.

Fitour bukan hanya penyelenggara, tapi sahabat. Mereka tahu cara membuat kita merasa aman, tenang, dan dicintai dalam setiap langkah ibadah.